Hujan Meteor Leonid 2012
Pada tanggal 17 November 2012, masyarakat di Bumi berkesempatan untuk menikmati hujan meteor tahunan Leonid.
Hujan meteor Leonid merupakan salah satu hujan meteor yang cukup
produktif setiap tahunnya. Dan pengamat di Bumi bisa ikut menikmati
hujan meteor yang tampak muncul dari rasi Leo si singa ketika Bumi
melintasi aliran partikel debu yang tersisa dari komet
55P/Tempel-Tuttle. Partikel-partikel tersebut terlepas dari ketika gas
beku komet menguap saat komet mendekati Matahari – dimulai ketika berada
lebih dekat dari orbit Jupiter.
Hujan meteor Leonid berlangsung dari tanggal 6 – 30 November dan akan
mencapai puncaknya pada tanggal 17 November 2012 jam 09:30 UT atau jam
16:30 wib dengan kecepatan 71 km/detik.
Hujan meteor Leonid bisa dinikmati pengamat langit di belahan bumi
utara dan selatan termasuk Indonesia setiap tahunnya setelah lewat
tengah malam sampai jelang dini hari. Rasi Leo sendiri akan terbit
sekitar tengah malam (23.45 wib) dari timur dan bergerak ke barat menuju
terbenam. Hujan meteor Leonid akan tampak datang dari arah rasi Leo,
karena itu untuk bisa melihatnya harus menanti terbitnya sang singa di
langit malam.
Dengan demikian saat yang tepat untuk melakukan perburuan pada
setelah jam 2 dini hari ketika rasi leo sudah berada setidaknya 30
derajat di atas horison. Akan lebih menarik kalau pengamat bisa
menemukan lokasi pengamatan yang tidak terhalang gedung atau apapun di
arah timur.
Selain hujan meteor Leonid, di Barat juga ada Jupiter dan jelang dini
hari, planet Venus dan Saturnus juga akan tampak terbit di ufuk timur.
Malam Puncak
Pada malam puncak hujan meteor leonid, Bulan sedang berada dalam fase
bulan baru dan terbenam pada jam 21.24 wib. Artinya ketika rasi Leo
terbit, tidak ada Bulan dan yang akan jadi masalah utama adalah polusi
cahaya perkotaan. Karena itu sebaiknya carilah daerah yang gelap dan
jauh dari perkotaan sebagai lokasi pengamatan.
Aktivitas Leonid tahun ini masih cukup tinggi namun sayangnya laju
yang tinggi ini hanya bisa dinikmati dengan menggunakan sistem radar dan
radio yang sensitif. Secara teoritis ada beberapa puncak.
Menurut Mikhail Maslov ada dua puncak hujan meteor Leonid yang akan
terjadi. Yang pertama tanggal 17 November sekitar jam 21 UT atau 18
November jam 4 dini hari, dengan laju 5 – 10 meteor per jam dan yang
kedua pada tanggal 18 November jelang jam 23 UT atau jelang jam 6 pagi
wib dengan laju ~ 10 meteor per jam. Namun diperkirakan laju rata-rata
Leonid saat puncak bisa mencapai ~ 15 - 20 meteor per jam.
Asal Usul?
Menelusuri kembali ke tahun 1833, pada tanggal 12 – 13 November, maka
saat itu adalah saat dimana hujan meteor Leonid ditemukan sekaligus juga
penanda kelahiran meteor dalam astronomi. Pertama kali masyarakat
melihat hujan meteor mereka histeris dan panik karena hujan meteor
dikaitkan dengan hari penghakiman akhir, sementara bagi para ilmuwan
kehadiran ribuan meteor yang tampak muncul dari rasi Leo ini justru
menjadi pengalaman luar biasa.
Berbagai penjelasan dibuat untuk menjelaskan asal usul meteor yang cukup
aneh meskipun ada juga yang hampir benar yakni D. Olmsted yang
memberikan penjelasan kalau penampakan meteor dari rasi Leo dan
meteor-meteor tersebut berasal dari awan partikel di angkasa, tanpa
pernah ada penjelasan awan yang dimaksud itu dari mana.
Di tahun 1867, E.W.L Tempel (Marseilles, Prancis) menemukan komet
sirkular dengan kecerlangan 6 magnitudo di dekat rasi Beruang Besar.
Sementara pengamatan H. Tuttle (Harvard College Observatory,
Massachusetts, USA) pada bulan Januari 1866 juga mengarah pada komet
yang sama, sehingga akhirnya komet tersebut dinamai Tempel-Tuttle. Di
tahun 1867, T von Oppolzer menghitung periode komet tersebut adalah
33,17 tahun. Dan dari hasil observasi di tahun 1866 pada hujan meteor
Leonid, U. J. J. Le Verrier, Dr. C. F. W. Peters, G. V. Schiaparelli,
dan von Oppolzer secara terpisah menyimpulkan kalau ada kemiripan antara
orbit komet Tempel-Tuttle dan hujan meteor Leonid.
Di tahun 1981, D. K. Yeomans (Jet Propulsion Laboratory,
California, USA) mempelajari hubungan komet Tempel – Tuttle dengan hujan
meteor Leonid. Ia memetakan distribusi debu disekitar komet tersebut
dan mencocokannya dengan data hujan meteor Leonid dari tahun 902 – 1969.
Di tahun 1999, David Asher dan Robert McNaught mempublikasikan makalah
untuk memprediksikan badai meteor Leonid yang ternyata sesuai dengan
kembalinya komet Tempel-Tuttle untuk mendekati Matahari.